siswandi's blog
Jumat, 27 Januari 2012
Kamis, 26 Januari 2012
Bangsa yang besar karena peristiwa-peristiwa pahit.
Bangsa yang besar adalah bangsa yang selalu belajar. Untuk itulah Tiongkok mempersiapkan acara peringatan 73 tahun pembantaian Nanjing, yang
diperkirakan telah menewaskan 300.000 penduduk Nanjing. Pembantaian
dilakukan oleh pasukan Jepang yang memasuki dan menguasai Kota Nanjing pada
13 Desember 1937.
Pada saat itu, Nanjing adalah ibu kota Tiongkok. Begitu menduduki Nanjing,
tentara Jepang pun melakukan pesta kekerasan dengan memperkosa, membunuh,
menjarah dan menyiksa penduduk Nanjing.
Pembantaian Nanjing melambangkan agresi Jepang ke Tiongkok dalam Perang
Dunia II.
Kendati peristiwa itu berlangsung 73 tahun silam, tetapi rakyat masih
mengingat jelas aksi-aksi berdarah tentara Jepang itu. Bagi Tiongkok,
sejarah adalah penuntun masa depan. Ingatan akan pembantaian Nanjing terus
melekat berkat riset yang terus-menerus untuk menyingkap berbagai peristiwa
pada masa itu.
Salah satu acara adalah pembukaan kembali Balai Peringatan yang berisi
detail peristiwa Nanjing. Balai itu ditutup selama dua tahun untuk renovasi.
Sebuah monumen juga dibangun untuk memperingati sebuah insiden yang
menewaskan 1.300 warga selama pendudukan Nanjing. Kisah itu mencuat karena
peneliti Jepang membujuk para mantan Tentara Kerajaan Jepang untuk
mengungkap kisah-kisah mereka dan membukukannya.
Penuturan-penuturan seperti itu memungkinkan ingatan kolektif pada sebuah
peristiwa diketahui oleh generasi baru Tiongkok. Generasi muda pun dapat
belajar dari peristiwa itu.
Direktur pusat riset yang mengkhususkan diri pada kajian perbudakan seksual
di Universitas Normal Shanghai, Sun Zhiliang, berpendapat peristiwa Nanjing
perlu dikenang tanpa mengesampingkan hubungan Tiongkok-Jepang.
"Tidak berarti hubungan kedua negara tidak bisa dikembangkan," jelas Sun
yang berencana mengunjungi tugu peringatan bersama tamu-tamunya dari Jepang.
Menghangatnya hubungan antara kedua negara akhir-akhir ini membuat Beijing
lebih berhati-hati dan berusaha meletakkan peristiwa Nanjing dalam
konteksnya. "Mengenang sejarah adalah menghargai momentum perbaikan hubungan
guna mewujudkan masa depan yang lebih baik," komentar Menteri Luar Negeri
Tiongkok Qin Gang.
Banyak kalangan di Tiongkok merasa Jepang perlu menyatakan maaf atas agresi
dan kekejamannya, tetapi Tiongkok berusaha melakukan pendekatan yang
bijaksana pada peristiwa-peristiwa yang kelam. Peneliti di Shanghai, Wang
Xuan, yang meriset bagaimana Jepang menggunakan zat-zat biologi terhadap
penduduk di negerinya, berpendapat kecenderungannya kini adalah menuju
hubungan yang lebih stabil.
"Memperingati pembantaian yang mengerikan dan mengembangkan hubungan kedua
negara adalah dua hal yang berbeda," ujarnya.
Dengan mengengenal sejarah bangsanya maka generasi muda Tiongkok sadar bahwa sekiranya mereka menjadi bangsa yang lemah maka peristiwa Nanjing dapat terjadi di jaman mereka.
diperkirakan telah menewaskan 300.000 penduduk Nanjing. Pembantaian
dilakukan oleh pasukan Jepang yang memasuki dan menguasai Kota Nanjing pada
13 Desember 1937.
Pada saat itu, Nanjing adalah ibu kota Tiongkok. Begitu menduduki Nanjing,
tentara Jepang pun melakukan pesta kekerasan dengan memperkosa, membunuh,
menjarah dan menyiksa penduduk Nanjing.
Pembantaian Nanjing melambangkan agresi Jepang ke Tiongkok dalam Perang
Dunia II.
Kendati peristiwa itu berlangsung 73 tahun silam, tetapi rakyat masih
mengingat jelas aksi-aksi berdarah tentara Jepang itu. Bagi Tiongkok,
sejarah adalah penuntun masa depan. Ingatan akan pembantaian Nanjing terus
melekat berkat riset yang terus-menerus untuk menyingkap berbagai peristiwa
pada masa itu.
Salah satu acara adalah pembukaan kembali Balai Peringatan yang berisi
detail peristiwa Nanjing. Balai itu ditutup selama dua tahun untuk renovasi.
Sebuah monumen juga dibangun untuk memperingati sebuah insiden yang
menewaskan 1.300 warga selama pendudukan Nanjing. Kisah itu mencuat karena
peneliti Jepang membujuk para mantan Tentara Kerajaan Jepang untuk
mengungkap kisah-kisah mereka dan membukukannya.
Penuturan-penuturan seperti itu memungkinkan ingatan kolektif pada sebuah
peristiwa diketahui oleh generasi baru Tiongkok. Generasi muda pun dapat
belajar dari peristiwa itu.
Direktur pusat riset yang mengkhususkan diri pada kajian perbudakan seksual
di Universitas Normal Shanghai, Sun Zhiliang, berpendapat peristiwa Nanjing
perlu dikenang tanpa mengesampingkan hubungan Tiongkok-Jepang.
"Tidak berarti hubungan kedua negara tidak bisa dikembangkan," jelas Sun
yang berencana mengunjungi tugu peringatan bersama tamu-tamunya dari Jepang.
Menghangatnya hubungan antara kedua negara akhir-akhir ini membuat Beijing
lebih berhati-hati dan berusaha meletakkan peristiwa Nanjing dalam
konteksnya. "Mengenang sejarah adalah menghargai momentum perbaikan hubungan
guna mewujudkan masa depan yang lebih baik," komentar Menteri Luar Negeri
Tiongkok Qin Gang.
Banyak kalangan di Tiongkok merasa Jepang perlu menyatakan maaf atas agresi
dan kekejamannya, tetapi Tiongkok berusaha melakukan pendekatan yang
bijaksana pada peristiwa-peristiwa yang kelam. Peneliti di Shanghai, Wang
Xuan, yang meriset bagaimana Jepang menggunakan zat-zat biologi terhadap
penduduk di negerinya, berpendapat kecenderungannya kini adalah menuju
hubungan yang lebih stabil.
"Memperingati pembantaian yang mengerikan dan mengembangkan hubungan kedua
negara adalah dua hal yang berbeda," ujarnya.
Dengan mengengenal sejarah bangsanya maka generasi muda Tiongkok sadar bahwa sekiranya mereka menjadi bangsa yang lemah maka peristiwa Nanjing dapat terjadi di jaman mereka.
Rabu, 26 Oktober 2011
Pelaksanaan Pembangunan Cluster Borobudur
Rumah tipe 22/60
Gambar disamping adalah proses pembangunan jalan depan rumah tipe 22. Jalan Beton Row 7 m.
Melihat tahapan pembangunan yang sedang berjalan terutama jalan-jalannya sepertinya lingkungan cluster borobudur akan sangat rapih dan nyaman. Mudah mudahan.
Rumah tipe 22/60 sedang dalam tahap finishing. Tampak kel. Bp Kasimin sedang meninjau rumah-rumah yang sudah hampir jadi.
Melihat tahapan pembangunan yang sedang berjalan terutama jalan-jalannya sepertinya lingkungan cluster borobudur akan sangat rapih dan nyaman. Mudah mudahan.
Sabtu, 24 September 2011
DARMAWANGSA RESIDENCE BEKASI
Untuk sahabat-sahabat yang berkeinginan untuk memiliki rumah yang bagus dengan harga yang terjangkau berikut saya tampilkan profil mengenai perumahan Darmawangsa Residence Bekasi
Gambar diatas adalah siteplan dari perumahan tsb.
Untuk lounching dan penjualan perdana yaitu Cluster Borobudur informasinya sudah Sold Out.
Sekarang Cluster ini sedang dalam tahap pembangunann.
Berkut dalah brosurnya : ...
Untuj tahap II yaitu Cluster Prambanan sudah mulai dipasarkan
Berkut Brosurnya
Gambar diatas adalah siteplan dari perumahan tsb.
Untuk lounching dan penjualan perdana yaitu Cluster Borobudur informasinya sudah Sold Out.
Sekarang Cluster ini sedang dalam tahap pembangunann.
Berkut dalah brosurnya : ...
Untuj tahap II yaitu Cluster Prambanan sudah mulai dipasarkan
Berkut Brosurnya
Langganan:
Postingan (Atom)